SEISMISITAS DAN MODEL ZONA SUBDUKSI DI INDONESIA RESOLUSI TINGGI


SEISMISITAS DAN MODEL ZONA SUBDUKSI DI INDONESIA
RESOLUSI TINGGI
Sri Widiyantoro
KK (Kelompok Keahlian) Ilmu dan Teknik Geofisika
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan
Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesa 10, Bandung 40132
Tel: (022) 2500494; Fax: (022)2534139; E-mail: sriwid@geoph.itb.ac.id

1 PENDAHULUAN
Indonesia yang terletak pada jalur konvergensi antara beberapa lempeng raksasa (Asia Tenggara, Indo-Australia dan Pasifik Barat), dan beberapa lempeng mikro seperti yang terdapat di sekitar zona tumbukan Maluku merupakan salah satu zona subduksi lempeng samudera yang paling aktif di dunia. Oleh karenanya aktivitas kegempaan yang sangat tinggi di sepanjang busur kepulauan Indonesia menjadi sangat krusial untuk diperhitungkan dengan cermat dalam desain bangunan. Untuk itu, sebagai contoh, pembuatan peta PGA perlu masukan (input) dari hasil studi seismologi yang komprehensif. Dalam makalah ini studi seismologi difokuskan pada dua topik, yaitu tentang: (i) relokasi hiposenter gempa, dan (ii) pencitraan tomografi seismik. Posisi sumber gempa dengan presisi tinggi menjadi dasar untuk memperoleh hasil maksimal dari studi selanjutnya, seperti misalnya: pencitraan tomografi dan pemetaan PGA atau implementasi PSHA. Citra tomografi (tomogram) seismik dengan resolusi tinggi akan bermanfaat untuk menentukan geometri / sudut penunjaman lempeng samudera dengan
teliti. Di samping itu tomogram seismik juga dapat digunakan untuk mengenali sesarsesar, terutama yang terkubur (buried fault) di bawah permukaan bumi. Sesar-sesar semacam ini bersama sesar-sesar yang muncul di permukaan perlu dipetakan dengan rinci guna mendapatkan perhitungan PGA yang tepat.

2 SEISMISITAS DI INDONESIA DAN RELOKASI HIPOSENTER
Studi mengenai seismisitas di Indonesia telah sering dilakukan oleh beberapa kelompok peneliti dari dalam maupun luar negeri. Akan tetapi dalam studi-studi tersebut jarang dilakukan relokasi hiposenter. BMG yang akhir-akhir ini telah menggunakan sistem otomatis untuk menentukan lokasi gempa juga belum merelokasi hiposenter yang diperoleh secara berkala. Salah satu kelompok peneliti yang aktif dan konsisten dalam merelokasi hiposenter adalah Engdahl dkk. (1998 dan 2007). Mereka merelokasi hiposenter gempa tektonik global, termasuk gempa-gempa yang terjadi di Indonesia, secara rutin. Contoh hasil relokasi Engdahl dkk. (1998) untuk gempa-gempa di jalur subduksi Jawa sampai dengan Tonga (Pasifik Barat-daya) ditunjukkan dalam Gambar 1. Dalam contoh ini dapat dilihat bahwa setelah direlokasi episenter gempa rata-rata bergeser ke arah samudera. Hal ini disebabkan oleh kurangnya stasiun pengamat gempa (seismograf) yang terdapat di samudera. Untuk itu ke depan perlu diusahakan untuk dipasang Ocean Bottom Seismometer (OBS) di dasar lautan guna memperoleh cakupan stasiun seismik yang optimal.

untuk lebih lengkapnya silahkan download filenya di SINI atau
DOWNLOAD
semoga bermanfaat.......!!!!!!!

NOTE : setelah anda klik link DOWNLOAD akan mucul di sudut kanan atas
5..4..3..2..1..SKIP ADD, selanjutnya KLIK SKIP ADD

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "SEISMISITAS DAN MODEL ZONA SUBDUKSI DI INDONESIA RESOLUSI TINGGI"

Post a Comment